SapardiDjoko Damono "Selamat Pagi Indonesia " Unknown Oktober 08, 2017 Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi, untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
FAJARCO.ID — Penyair kondang Sapardi Djoko Damono meninggal dunia hari ini, Minggu (19/7/2020). Penulis puisi "Hujan Bulan Juni" itu menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun. Kabar meninggalnya Sapardi Djoko Damono telah ramai di media sosial. Sastrawan Indonesia terkemuka, Goenawan Mohammad mengungkapkan berita duka itu.
TRIBUNTIMURWIKICOM - Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB. Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD,
Seorangsastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB berpulang di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Kami dari Redaksi JAKARTSATU MENGUCAPKAN TURUT BERDUKA dan kamiingin kutip karya besarnya: Pada Suatu Hari Nanti Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi,
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Jakarta - Pekan pertama di bulan Juni dan merasakan hujan yang menerpa tubuh, pastinya teringat akan salah satu puisi fenomenal karya Sapardi Djoko Damono. Ya, bulan Juni yang seharusnya sudah dimulai dengan musik terik panas justru ada yang tak menentu dari bulan Juni membuat sang penyair kenamaan Indonesia itu membuat 3 fakta soal puisi Hujan Bulan Juni, seperti dirangkum redaksi detikcom 1. Sejarah Puisi Hujan Bulan Juni ditulis antara tahun 1964 sampai 1944. Puisinya pertama kali terbit pada 1994 dan memuat 102 buah puisi lainnya. Buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni telah diterjemahkan ke dalam 4 bahasa yakni Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, dan Djoko Damono menceritakan saat ia menulis puisi tersebut, hujan memang tidak pernah turun di bulan Juni. Dia menulisnya di sambil melihat telaga Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, ketika berada di ruang kerja kompleks perumahan Alasan MenulisDalam sebuah wawancara, Sapardi Djoko Damono mengemukakan alasan menulis puisi Hujan Bulan Juni. Sambil berkelakar, ia menuturkan jika menulis soal hujan di bulan Desember menjadi hal yang biasa-biasa saja."Kalau saya tulis tentang hujan pada bulan Desember, Desember kan memang musim hujan. Kalau nulisnya hujan pada Desember, nanti nggak ada yang bertanya, 'Mengapa harus hujan pada bulan Juni?'," kata Sapardi Djoko Adaptasi ke Novel dan FilmDari puisi, Hujan Bulan Juni merambah ke novel dan adaptasi film. Hujan Bulan Juni sukses diterbitkan menjadi novel dan digarap selama 6 bulan Hujan Bulan Juni diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia dan mendapat apresiasi yang positif dari pencinta film Tanah Air. Simak Video "Hotman Paris Ingin Aldi Taher Kembali Main di Acara Tinjunya" [GambasVideo 20detik] tia/dar
Rizki Fachriansyah The Jakarta Post Jakarta ● Sun, July 19, 2020 2020-07-19 1252 1062 6657ac82168da9fa101c8a4066786823 1 Books sapardi-djoko-darmono,literary-figure,poet,obituary Free Trailblazing literary icon Sapardi Djoko Damono, known for his seminal poems and works of cultural criticism, passed away on Sunday morning. He was 80 years old. Senior writer and cultural critic Goenawan Mohamad tweeted the news of Sapardi’s passing. “Poet Sapardi Djoko Damono passed away this morning after having been sick for several months,” Goenawan wrote on his official Twitter page. Innalilahi wa inailahi roji’un Penyair Sapardi Djoko Damono wafat pagi ini setelah beberapa bulan sakit. Maret 1940-Juli 2020 — goenawan mohamad gm_gm July 19, 2020 University of Indonesia UI spokesperson Amelita Lusia confirmed Sapardi’s passing to According to Amelita, Sapardi drew his last breath at Eka Hospital at around 9 The writer reportedly passed away because of a decline in organ function. He had been receiving treatment in hospital for the past 10 days. His family is said to have laid him to rest at Giri Tama Cemetery in Bogor, West Java. Read also Sapardi Djoko Damono reveals why he became a poet Born on March 20, 1940, in Surakarta, Central Java, Sapardi is among the most revered figures in the history of Indonesian literature. He graduated from Gadjah Mada University’s School of Literature and Culture in the 1960s and later studied humanities at the University of Hawaii in the United States from 1970 to 1971. Sapardi, who served as a dean of University of Indonesia's School of Literature from 1999 to 2004, rose to prominence for his celebrated poetry collections, such as Perahu Kertas 1983, Hujan Bulan Juni 1994 and Arloji 2002. Aside from his reputation as a famed poet, Sapardi was also considered a highly influential scholar who contributed to a thriving artistic ecosystem. Over the course of his storied career, Sapardi served as the editor-in-chief of literary magazine Horison, and as the secretary of the HB Jassin Literary Documentation Center in the mid-1970s. In 1988, Sapardi founded the Indonesian Literary Scholars Association HISKI and served as the organization’s general chairman for three consecutive terms. Sapardi won numerous awards and received international recognition for his literary contributions, including the prestigious Lifetime Achievement Award at the 2018 Ubud Writers and Readers Festival UWRF. A number of contemporary public figures have mourned Sapardi’s passing. Senior music journalist Adib Hidayat posted his condolences on his official Twitter account. “A rain of tears in July. Farewell, Pak Sapardi Djoko Damono,” Adib tweeted. — Adib Hidayat AdibHidayat July 19, 2020 Author Laksmi Pamuntjak conveyed her grief over Sapardi’s death in a public eulogy posted on her official Facebook page. “As long as I’ve known him he had always been a close reader — meticulous and generous, yet critical,” she wrote. “He steadfastly held on to his maxim, Literature is how an author presents an idea, not the idea itself, which has remained the same since literature was conceived’.” kes “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya... Posted by Laksmi Pamuntjak on Saturday, July 18, 2020 + view more
selamat pagi indonesia sapardi djoko damono